Malam ini aku melihatmya atraksi guling-guling. Bocah sembilan bulan ini begitu bersemangat. Seakan tiada masalah. Tugasmu hanyalah bermain, bertumbuh, makan minum dan pup.. Hehehe..
Entah rasa ini sudah berapa lama menggangguku. Aku hanya ingin kau tahu betapa aku menyayangimu. Jikalau aku bisa, aku ingin berhenti dan menjagamu sepanjang waktu. Aku berhutang banyak padamu. Kasih sayang seorang ayah. Aku tak memiliki cukup waktu untuk menjadi seorang ibu dan seorang ayah sekaligus. Hatiku miris setiap kali aku melihatmu terbangun dari lelapmu ketika aku pulang atau pergi. Jam berapapun itu.. Matamu.. Aku tak akan pernah sanggup melihat matamu.
Seandainya aku bisa, seandainya aku mampu.. Aku tidak akan meninggalkanmu. Sudah cukup lelahmu, sudah cukup tangismu. Kau hanya perlu tersenyum. Kau adalah prioritasku. Namun aku terhimpit dengan sekolahku. Menjagamu seorang diri. Mengurus rumah. Hanya kita.. Sekarang hanya ada kita. Manusia lain boleh datang dan pergi namun tidak disangka aku juga menjadi seorang yang datang dan pergi untukmu. Percayalah, aku memang datang dan pergi tanpa tentu namun aku selalu ada disini. Aku selalu berusaha menemuimu, mengisi kekosonganmu. Tidak terhitung betapa banyak airmatamu saat kau mencariku. Tidak peduli kapanpun, kau selalu tertawa dengan kehadiranku. Maafkan mommy sayang... Sungguh, yg kuinginkan hanya denganmu. Aku tidak peduli hal lain. Melepasmu adalah hal yang tersulit untukku.
Satu yang tidak akan dapat kuulang walau kubayar dengan apapun juga.. Waktu... Aku kehilangan waktu denganmu banyaaakkk.. Aku melewatkan banyak hal.. Apakah kau menangis? Mungkin kau butuh kehangatan pelukanku.. Apa kau bermain sendiri? Ah, mungkin kau menunggu,u bermain. Aku teringat betapa dia tidak menggangguku tatkala aku lelah pulang jaga malam. Dia hanya melihatku berulang-ulang tanpa mengganggu. Mungkin dia ingin bermain.
Namun, apakah aku menyesal bahwa dia hadir saat kami berdua sebagai orang tuanya harus terpisah jauh dan mencari jalan masing-masing dalam mencari ilmu? Tidak. Justru dialah yang membuat aku tetap tegar. Ketegaran dan ketakutan dalam rupa yang sama. Bagai dua sisi mata uang.. Ketakutanku dan perasaan bersalahku.. Namun dia yang menjadi ketegaranku..
Tuhan, jagai dia untukku... Tuhan, lapangkanlah jalan kami.. Tuhan, kepadaMu aku berserah. Aku lelah.. Aku takut.. Cukupkanlah.. Lebarkanlah jalan kami.. Dan jika kami sudah tidak mampu, gendonglah kami..