Rabu, 27 Maret 2019

Batam undercover

Let me tell you a story.. well, stories actually..
Kalau ada kata batam, what came across your mind?
Barang BM, KW super legit, barang yang ga kena pajak, deket singapur, or even online shop?

Sekarang, gw akan membahas cerita berbeda.. Pengalaman-pengalaman yang membuka mata, tentang kota dimana kami mengadu nasib. Batam namanya..

Jika kalian baru pertama kali mendarat di batam, kalian memilih transportasi taksi. Ada kisah menarik disini. Jika kita mundur ke belakang, kita akan menemukan bahwa batam merupakan kota unik, dimana taksi rasa angkot. Loh kok? Yap, kalian pesan TAKSI namun ketiks lo pesen taksi namun dia ngangkut penumpang lain juga. Emeijing, #hanyaAdaDiBatam. Itu dulu, sebelum ada yang namanya burung biru alias Blueb*rd. Sempet loh mereka demo karena Blueb*rd kan pake argo dan mereka diboikot donggg.. Coba search aja kalo ga percaya.. Edan sih rakyat+62 kita ini.. Oh, ya kalau kalian ke Nagoya hill atau mall-mall kaya gitu, saran gw JANGAN pernah naik taksi di depan mallnya. Harga KUDA, pelayanan MELATA dan kasarnya teu kabina-bina. Untuk jarak yang bisa jalan kaki 7 menit, mereka pasang tarif 50-75.000. What a jerk kan ya..Mending kalian jalan dikit ke depan trus pesen online. Ga masuk akal aja sih.

Cuaca di Batam itu panas, pake banget..Jadi jangan kaget begitu keluar dari tempat ber-AC trus keluar rasanya sangat aduhai. Tapi ada fenomena menarik di Batam. Hujan lokal seringkali terjadi.. Jadi hujan bisa hanya dalam radius 1 kilo saja, di tempat lain kering kerontang. Alhasil eike malu naik gojek nembus ujan padahal hanya dalam 500 meter, kering.. Lucu amet ye..

Batam itu sangat dekat dengan negara tetangga seperti SG atau malaysia. Nah, yang sering terjadi adalah human trafficking. Bitter truth.. Pernah salah seorang pasien gw berusaha kabur dari tempat slavery dia ke KBRI SG trus balik ke Batam membawa luka yang tak akan hilang selamanya.. Ternyata, kasus ini korbannya tidak mengenal gender.. Seorang lelaki muda pergi keluar karena diiming-iming kerja di resto taunya disuruh "melayani" disana, mimpi indah berubah jadi mimpi buruk. Dia tidak mau pulang ke rumah lagi. Sang bocah muda itu bagai sapi potong digiring ke pintu kematian oleh jiwanya dan oleh...HIV

Harga wanita panggilan di Batam jelas jauh lebih murah dari SG, maka tak heran banyak bertebaran hotel yang selalu penuh tiap weekend.. Singapur semua mahal, bandingkan saja tiket ke Batam, hotel dan wanitanya, hmm jauh lebih murah.. Hal inilah yang membuat para pria bajingan dari negara itu menjajal dan tidak sedikit yang meninggalkan bekas HIV pada warga kami. Sebuah realita yang menghadapkan bajingan hidung belang pelit serta para pencari keringat yang digadangi atas kebutuhan ekonomi. Sebuah sinergi yang mematikan. Dan pada ujungnya, kami menjadi sarang pembuangan. Ketika badan sudah perlahan dilumpuhkan, mereka ditinggal sendirian.. Keluarga yang malu tidak jarang yang tak mau mengambil dari RS. Mereka terbuang, bolak balik masuk RS tanpa ada yang mau menampung.. Bahkan yang diharapkan dari mereka adalah.....kematiannya.

Batam juga merupakan tempat persinggahan "mayat". Damn, it's truth. Begini kisahnya.. Gw hampir setiap bulan menerima pasien "lungsuran". Yap, mereka adalah pasien post rawat SG atau malaysia yang sudah dalam kondisi "tidak bisa diapa-apakan".. Karena mahalnya jasa pengiriman jenazah dan ribetnya mengurus pengeluaran jenazah dari negara luar, maka dikirimlah mereka secepatnya ke kota ini dan yah.. kamilah yang ditugaskan untuk menjadi jembatan antara dia dan sang malaikat pencabut nyawa. Ada yang unik di kota ini, beberapa bulan sekali gw nemuin pasien TKI yang datang dalam kondisi yang mengenaskan. Mereka dikirim dalam kondisi yang buruk, hidup segan mati juga tak mau.. Miris.. Mereka dulunya berpamitan agar dapat menghidupi keluarga di negri jiran sana, namun lihatlah mereka sekarang, pamitpun mereka tak sanggup.. Kasus terbanyak adalah radang selaput otak yang disebabkan TBC, kedua stroke. Radang selaput otak umum terjadi pada orang dengan daya tahan tubuh rendah (termasuk penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang / penyandang HIV), lingkungan yang padat dan tertutup (massal), gizi kurang. Jika gw boleh bertanya, bagaimana kisah hidup mereka disana hingga mereka bisa menjadi seperti ini.. Untuk kasus-kasus seperti ini, terkadang kami dihadapkan pada 2 kubu, pihak agen yang ingin segera membawa pasien pulang kampung, bahkan mereka seringkali angkat tangan soal biaya serta pihak keluarga yang tidak terima kondisi pasien dan tidak memiliki biaya untuk membawa keluarga mereka pulang. Kondisi pasien-pasien ini kebanyakan tidak transportable untuk dibawa pergi jauh, belum lagi biaya pesawat untuk pasien itu 9 seats, ditambah team evakuasi yang total biaya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Keluarga terdiam, mereka lebih banyak memilih membawa jenazah yang hanya dihitung per kilo karena dianggap cargo.

Ah, jadi sedih gw.. Sekian dulu dongengnya yaa.. Miris gw melihat dunia ini.. See you on my next post yaaa