Senin, 08 April 2013

Fight.. Family.. For a better...future

Keluarga kecilku sedang berjuang..

Ada yang nun jauh disana.. Dia berjuang melawan trauma masa lalu, melawan kebiasaan buruknya hingga menghabiskan banyak uang sia-sia, melawan kesendirian dan hawa nafsu yang dialihkan pada...makanan! :) dia sedang mempersiapkan progress report yang lebih seperti progres repot. Entah kenapa, dia hobiii sekali menanyakan pendapatku bagaimana jadinya hasilnya nanti. Aku takut, bukan karena dia tidak bisa namun karena dia tidak suka menulis... Itu yang kutakutkan. Apalagi ditambah dengan traumanya. Bayang-bayang gelap itu masih kuat melekat.. Tidak pede, trauma dan bahasa adalah trilogi yang sedang dihadapinya dalam menyusun progres repotnya.. Namun aku tahu bahwa dia bisa dan Tuhan akan menemaninya...

Di luar masalah itu, dia masih harus berkutat dengan pekerjaan. Sebenarnya aku lbh suka dia bekerja namun jangan yg tll berat. Kalau dia tidak bekerja dia akan tambah stres.. Kaya di aussie dl.. Semoga dia bisa menemukan pekerjaan baru atau tambahan mengajar lagi.. Amiinn.. Dan semoga dia bisa mengendalikan diri melawan kebiasaan buruknya dan berdamai dengan masa lalu yg menghabiskan uang yg tidak sedikit. Tapi sudahlah, aku percaya bahwa semuanya sudah disediakan.

Aku.. Aku masih disini, berjuang melawan waktu dan hatiku. Waktu karena aku harus pintar membagi waktu. Mulai minggu depan aku stase di bagian EEG aka perekaman otak (itu loh, alat yg biasa dipakai di kepala untuk memeriksa pasien kejang.. Di bagian ini masuk pukul 6 pagi tepat dan pulang sore.. Ditambah lagi stresor tinggi karena dosennya adalah orang yg tegas dan.. (kalau boleh jujur) membuat aura ketakutan semerbak. Belum lagi kakak kelas yg masih hobi menyuruhku menjadi jaga dua. Dan bukan hanya sekali.. Tuhan, ampuni dosanya. Remember, karma DOES exist!! Apalagi dia memiliki bayi sama denganku.. Well, hati-hati. Doa orang tertindas didengar..

Sekolah pasti punya masalah, namun hanya di Indonesia residen tidak dibayar. Hanya di Indonesia, residen lbh rendah kedudukannya dari koas.. Kali ini masalahku adalah maju ilmiah, belajar, membuat penelitian dan aku hanya ingin lulus.. Sudah lelah jiwa raga..

Pejuang terakhir adalah seorang anak yang berusia 9 bulan dimana dia harus berjuang melawan kesendiriannya ditinggal kedua orang tuanya. Tangisnya saat kesepian tidak disambut dengan hangatnya pelukan mommy karena momynya sibuk harus sudah sampai di rumah sakit pukul enam pagi dan pulang entah kapan...

Ah... Mereka... Mereka hanya melihat dari kejauhan.. Mereka hanya dapat berkata, hebat ya dua duanya bisa sekolah. Yang satu spesialis, yg satu S3 di luar pula.. Aku hanya bisa tertawa.. They never know what the story behind.. Susahnya menjaga hati, mengisi kekosongan, melawan nafsu bahkan kebiasaan buruk yg muncul like gambling.. Hidup itu pilihan.. Dan inilah jalan berliku keluarga kecil kami.. Impianku sederhana, kami dapat berkumpul kembali.. Back for good..

No turning point.. No return.. All we have to do is keep moving on and stay strong through the storm.. Aku dan mereka.. Berjuang hingga titik lemah kami.. Namun hanya satu kalimat.. Ini pilihan kami.. Hidup itu selibat hukum dengan sebab akibat dan aku tahu konsekuensinya.. Berikanlah kami kekuatan, jauhkanlah kami dari dosa-dosa.. Kami hanya manusian biasa yang tidak luput dari cacat dan cela.. Kami kuat karenaMu.. Kami bisa berjalan karenaMu.. Amiinnn

Selasa, 02 April 2013

How can I describe a single mom

Malam ini aku melihatmya atraksi guling-guling. Bocah sembilan bulan ini begitu bersemangat. Seakan tiada masalah. Tugasmu hanyalah bermain, bertumbuh, makan minum dan pup.. Hehehe..

Entah rasa ini sudah berapa lama menggangguku. Aku hanya ingin kau tahu betapa aku menyayangimu. Jikalau aku bisa, aku ingin berhenti dan menjagamu sepanjang waktu. Aku berhutang banyak padamu. Kasih sayang seorang ayah. Aku tak memiliki cukup waktu untuk menjadi seorang ibu dan seorang ayah sekaligus. Hatiku miris setiap kali aku melihatmu terbangun dari lelapmu ketika aku pulang atau pergi. Jam berapapun itu.. Matamu.. Aku tak akan pernah sanggup melihat matamu.

Seandainya aku bisa, seandainya aku mampu.. Aku tidak akan meninggalkanmu. Sudah cukup lelahmu, sudah cukup tangismu. Kau hanya perlu tersenyum. Kau adalah prioritasku. Namun aku terhimpit dengan sekolahku. Menjagamu seorang diri. Mengurus rumah. Hanya kita.. Sekarang hanya ada kita. Manusia lain boleh datang dan pergi namun tidak disangka aku juga menjadi seorang yang datang dan pergi untukmu. Percayalah, aku memang datang dan pergi tanpa tentu namun aku selalu ada disini. Aku selalu berusaha menemuimu, mengisi kekosonganmu. Tidak terhitung betapa banyak airmatamu saat kau mencariku. Tidak peduli kapanpun, kau selalu tertawa dengan kehadiranku. Maafkan mommy sayang... Sungguh, yg kuinginkan hanya denganmu. Aku tidak peduli hal lain. Melepasmu adalah hal yang tersulit untukku.

Satu yang tidak akan dapat kuulang walau kubayar dengan apapun juga.. Waktu... Aku kehilangan waktu denganmu banyaaakkk.. Aku melewatkan banyak hal.. Apakah kau menangis? Mungkin kau butuh kehangatan pelukanku.. Apa kau bermain sendiri? Ah, mungkin kau menunggu,u bermain. Aku teringat betapa dia tidak menggangguku tatkala aku lelah pulang jaga malam. Dia hanya melihatku berulang-ulang tanpa mengganggu. Mungkin dia ingin bermain.

Namun, apakah aku menyesal bahwa dia hadir saat kami berdua sebagai orang tuanya harus terpisah jauh dan mencari jalan masing-masing dalam mencari ilmu? Tidak. Justru dialah yang membuat aku tetap tegar. Ketegaran dan ketakutan dalam rupa yang sama. Bagai dua sisi mata uang.. Ketakutanku dan perasaan bersalahku.. Namun dia yang menjadi ketegaranku..

Tuhan, jagai dia untukku... Tuhan, lapangkanlah jalan kami.. Tuhan, kepadaMu aku berserah. Aku lelah.. Aku takut.. Cukupkanlah.. Lebarkanlah jalan kami.. Dan jika kami sudah tidak mampu, gendonglah kami..