Rabu, 27 Maret 2019

Sehatkan kesehatan

Postingan ini adalah surat pendek.. Dari rakyat jelata yang tidak punya kepentingan apa-apa, bukan merupakan salah satu penyusung partai apapun. Saya hanyalah manusia biasa yang sudah jenuh melihat kesehatan dijadikan penggorengan politik.

Tolong, sehatkanlah kesehatan Indonesia. Belakangan ini seringkali terlihat kericuhan tentang sistem kesehatan kita. Saya mengakui, banyak yang terbantu dengan sistem ini. Bahkan kalau mau jujur, si pencemooh ujung-ujungnya pakai juga. Ide yang baik dengan cara yang masih belum benar. Namun, yang belum benar ini mohon tidak dijadikan penggorengan untuk pilpres nanti. Sedangkan kubu yang lain mengganggap ini adalah kesuksesan dengan mengusung orang-orang yang menikmati sistem ini. Tolonglah, kalian membantu kami di bawah ini. Apa yang menjadi teriakan kami.. Pengabdian? Tugas kami memang mengabdi, tapi kami muak dengan penggorengan ini. Kami juga termasuk rakyat juga, kan? Dengarkanlah kami.. be realistic.. perbaiki yang perlu diperbaiki, kami berada di lini depan kesehatan, namun jalan kami sudah terseok-seok..

Batam undercover

Let me tell you a story.. well, stories actually..
Kalau ada kata batam, what came across your mind?
Barang BM, KW super legit, barang yang ga kena pajak, deket singapur, or even online shop?

Sekarang, gw akan membahas cerita berbeda.. Pengalaman-pengalaman yang membuka mata, tentang kota dimana kami mengadu nasib. Batam namanya..

Jika kalian baru pertama kali mendarat di batam, kalian memilih transportasi taksi. Ada kisah menarik disini. Jika kita mundur ke belakang, kita akan menemukan bahwa batam merupakan kota unik, dimana taksi rasa angkot. Loh kok? Yap, kalian pesan TAKSI namun ketiks lo pesen taksi namun dia ngangkut penumpang lain juga. Emeijing, #hanyaAdaDiBatam. Itu dulu, sebelum ada yang namanya burung biru alias Blueb*rd. Sempet loh mereka demo karena Blueb*rd kan pake argo dan mereka diboikot donggg.. Coba search aja kalo ga percaya.. Edan sih rakyat+62 kita ini.. Oh, ya kalau kalian ke Nagoya hill atau mall-mall kaya gitu, saran gw JANGAN pernah naik taksi di depan mallnya. Harga KUDA, pelayanan MELATA dan kasarnya teu kabina-bina. Untuk jarak yang bisa jalan kaki 7 menit, mereka pasang tarif 50-75.000. What a jerk kan ya..Mending kalian jalan dikit ke depan trus pesen online. Ga masuk akal aja sih.

Cuaca di Batam itu panas, pake banget..Jadi jangan kaget begitu keluar dari tempat ber-AC trus keluar rasanya sangat aduhai. Tapi ada fenomena menarik di Batam. Hujan lokal seringkali terjadi.. Jadi hujan bisa hanya dalam radius 1 kilo saja, di tempat lain kering kerontang. Alhasil eike malu naik gojek nembus ujan padahal hanya dalam 500 meter, kering.. Lucu amet ye..

Batam itu sangat dekat dengan negara tetangga seperti SG atau malaysia. Nah, yang sering terjadi adalah human trafficking. Bitter truth.. Pernah salah seorang pasien gw berusaha kabur dari tempat slavery dia ke KBRI SG trus balik ke Batam membawa luka yang tak akan hilang selamanya.. Ternyata, kasus ini korbannya tidak mengenal gender.. Seorang lelaki muda pergi keluar karena diiming-iming kerja di resto taunya disuruh "melayani" disana, mimpi indah berubah jadi mimpi buruk. Dia tidak mau pulang ke rumah lagi. Sang bocah muda itu bagai sapi potong digiring ke pintu kematian oleh jiwanya dan oleh...HIV

Harga wanita panggilan di Batam jelas jauh lebih murah dari SG, maka tak heran banyak bertebaran hotel yang selalu penuh tiap weekend.. Singapur semua mahal, bandingkan saja tiket ke Batam, hotel dan wanitanya, hmm jauh lebih murah.. Hal inilah yang membuat para pria bajingan dari negara itu menjajal dan tidak sedikit yang meninggalkan bekas HIV pada warga kami. Sebuah realita yang menghadapkan bajingan hidung belang pelit serta para pencari keringat yang digadangi atas kebutuhan ekonomi. Sebuah sinergi yang mematikan. Dan pada ujungnya, kami menjadi sarang pembuangan. Ketika badan sudah perlahan dilumpuhkan, mereka ditinggal sendirian.. Keluarga yang malu tidak jarang yang tak mau mengambil dari RS. Mereka terbuang, bolak balik masuk RS tanpa ada yang mau menampung.. Bahkan yang diharapkan dari mereka adalah.....kematiannya.

Batam juga merupakan tempat persinggahan "mayat". Damn, it's truth. Begini kisahnya.. Gw hampir setiap bulan menerima pasien "lungsuran". Yap, mereka adalah pasien post rawat SG atau malaysia yang sudah dalam kondisi "tidak bisa diapa-apakan".. Karena mahalnya jasa pengiriman jenazah dan ribetnya mengurus pengeluaran jenazah dari negara luar, maka dikirimlah mereka secepatnya ke kota ini dan yah.. kamilah yang ditugaskan untuk menjadi jembatan antara dia dan sang malaikat pencabut nyawa. Ada yang unik di kota ini, beberapa bulan sekali gw nemuin pasien TKI yang datang dalam kondisi yang mengenaskan. Mereka dikirim dalam kondisi yang buruk, hidup segan mati juga tak mau.. Miris.. Mereka dulunya berpamitan agar dapat menghidupi keluarga di negri jiran sana, namun lihatlah mereka sekarang, pamitpun mereka tak sanggup.. Kasus terbanyak adalah radang selaput otak yang disebabkan TBC, kedua stroke. Radang selaput otak umum terjadi pada orang dengan daya tahan tubuh rendah (termasuk penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang / penyandang HIV), lingkungan yang padat dan tertutup (massal), gizi kurang. Jika gw boleh bertanya, bagaimana kisah hidup mereka disana hingga mereka bisa menjadi seperti ini.. Untuk kasus-kasus seperti ini, terkadang kami dihadapkan pada 2 kubu, pihak agen yang ingin segera membawa pasien pulang kampung, bahkan mereka seringkali angkat tangan soal biaya serta pihak keluarga yang tidak terima kondisi pasien dan tidak memiliki biaya untuk membawa keluarga mereka pulang. Kondisi pasien-pasien ini kebanyakan tidak transportable untuk dibawa pergi jauh, belum lagi biaya pesawat untuk pasien itu 9 seats, ditambah team evakuasi yang total biaya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Keluarga terdiam, mereka lebih banyak memilih membawa jenazah yang hanya dihitung per kilo karena dianggap cargo.

Ah, jadi sedih gw.. Sekian dulu dongengnya yaa.. Miris gw melihat dunia ini.. See you on my next post yaaa

Selasa, 26 Maret 2019

Jangan bunuh aku..

Hallo..
Ini aku. Ya, kalian sebut saja aku. Karena buatku, nama itu tidak penting. Sama ga pentingnya seperti hidupku. Muram, kelam, gelap.. Tapi inilah aku. Manusia brengsek yang selalu bertarung dengan dirinya, terkadang mengingat Tuhannya dan menangis meraun-raung.. Tapi, ini kisahku. Duduk manislah, masuklah dalam duniaku..
.
Aku terlahir dari dua manusia yang entah bagaimana bisa bersatu. Terkadang aku berfikir, mereka tidak menginginkanku. Ah, klise.. Mereka hanya mengurusku karena aku sudah teronggok lahir di dunia. Dibunuh, salah, makan dibiarkanlah aku mati perlahan..
.
Jumat malam, ya aku terlahir jumat malam. Ketika itu hujan, katanya.. Aku menangis, semua bayi tentu menangis.. Lahir menangis, hidup menangis mati juga mungkin sambil menangis.. 
.
Usiaku 4 tahun saat itu. Setiap harinya aku mendengar jeritan, menyaksikan pukulan yang dihantam ayaku pada ibuku. Usiaku masih kecil, terlalu kecil untuk mengerti apa permasalahan mereka, tapi perasaanku bingung, dan akhirnya aku menjadi terbiasa. Bukan, aku bukan terbiasa dengan penyiksaan, rasa kelam dan takut itu SELALU ada, tapi aku menjadi biasa. Menganggapnya sebagai tontonan semata. Dingin.. Aku merasa dingin.
.
Wanita itu datang lagi, sosok wanita besar berbaju hitam itu muncul lagi. Hawanya selalu membuatku gemetaran. Tidak, aku tidak boleh kalah. Dia berusaha menyerangku, berat sekali rasanya melawan wanita ini. Aku masih kecil, kudorong sekuat tenaga, kubuka kitab itu, kutengking dia, aku berteriak. Gemetar, seluruh badanku gemetar. Tuhan, aku ga kuat!! Ada bisikan pelan, kamu HARUS kuat. Aku menutup mata, kudorong wanita itu sekuat tenaga. Aku mundur ke belakang, tapi aku tak menyerah, kudorong lagi, sedikit maju, sedikit lagi. "PERGIIIII" kutengking lagi.. lagi.. Tuhan, aku takut.. Aku ga kuat, bisikan tu datang lagi, kamu HARUS kuat. Tolong aku, Tuhan.. Kudorong wanita itu keluar dari rumahku........ Dan aku terbangun.. menangis.. Wanita itu mendatangi aku lagi.. walau dalam mimpi..
.
Ah, mimpi ini begituliar, begitu nyata dan aku mengenalnya. Sosok itu.. Wanita itu.. Selalu hadir dan menganggu. Kadang aku sampai menjerit, aku mau bangun, aku mau bangun..Namun aku tak bisa, aku menampar diriku, mencubit, membantingkan diri bahkan segala upaya kulakukan agar dapat bangun.. Kadang berhasil, kadang tidak..
.
Mimpiku sama menyeramkannya dengankehidupan asliku. Kadang aku berfikir, kemana aku berlari? Bahkan mimpipun aku tak berani. Air mataku sudah kering, Tuhan.. Aku sakit.. Jiwaku sakit.. Aku tak pernah bisa bergaul normal dengan anak seusiaku. Pernah sampai aku dipaksa untuk berteman dengan tetangga, aku diam. Aku menolak, aku kan tidak mengganggu kalian, bisakah aku berdiam? Apa salahnya aku berdiam? Aku tak mau mengganggu, jadi jangan menggangguku juga..
.
Tuhan, aku lelah. Tiada hari tanpa kekelaman. Kulihat dia, seharusnya menjadi sosok yang kukagumi, kupalingkan mataku pada yang lain, seharusnya dia memelukku erat, tapi apalah dayaku? Aku hanya debu. Kalau aku masih boleh berharap, aku hanya mau keluar dari sini. Neraka dunia ini.. Aku tak punya apa-apa, aku tak punya siapa-siapa.. Satu-satunya temanku adalah imajinasiku. Temanku bermain, temanku untuk menjadi aku sesungguhnya, menceritakan apa yang kualami, seolah-olah dia mengerti. Ingin, aku ingin sekali bercerita. Berulang-ulang aku mencoba. Tapi selalu saja ada yang membungkam mulutku. Ah, kata orang tak baik terlalu terbuka, apakah orang yang mendengarkanku akan menyelesaikan maslaahku? Tapi, kataorang jika bercerita sudah mengurangi beban dan luka.. Tapi lagi-lagi aku memilih diam.. Saat itu aku mulai menulis.. Menulis segala hal yang terjadi. Kusimpan baik-baik segala jenis buku yang orang katakan diari. Aku menulis hingga akhirnya tak kuasa lagi untuk menulis..
.
Remaja. Ah, masa penuh gejolak, dusta, namun kadang masih terselip tawa. Namun di rumah, aku memilih diam. Rasa itu masih sama, pemukulan yang sama, takut yang sama, luka yang sama.. Di luar, aku tak begitu terbuka. Aku takut. Aku takut mereka terlalu masuk dalam "dunia"ku. Aku takut mereka tau dan berlalu menjauhiku. Jadi, lebih baik begini.. Tersenyum seperlunya, berteman sebatasnya. Tak ada teman. Tak butuh teman. Nanti aku kan merasakan pahit yang sama..
.
Aku menyukainya.. Benar saja, muda menyisakan cinta.. Aku ingin bertemu dengannya, menemaninya, apapun saja asal bersamanya. Hmm, apakah dia merasakan hal yang sama? Tapi lagi-lagi dakwaan itu datang lagi.. Bagaimana mungkin dia bisa bertahan denganku jika dia melihat kondisi rumahku? Kadang aku merasa yakin, sehingga aku ingin sekali bercerita dan meminta bantuannya. Sangat sering.. Karena aku sudah jenuh, sangat jenuh.. Selalu, selalu tidak berhasil.. Semesta bahkan tidak memberiku kesempatan untuk memiliki seorang untuk berbagi. Hingga akhirnya dia pergi dan meninggalkanku sendiri. Lagi.. 
.
Aku terdiam. Kubuka seluruh diary, halamannya sudah menguning.. Kubaca seksama satu demi satu.. Dimulai dari usia 5 tahun saat itu. Pertama kali menulis dan yang tertulis adalah.. berantam lagi.. Lagi.. Lagi. Lagi.. Ingin aku menemukan kata-kata lain selain itu dalam hari-hari masa kecilku. Mataku perih, hatiku tersayat lagi, luka yang tak akan sembuh. Tuhan, hanya 3 hari dalam setahun aku menulis hore, rumah tenang.. Buku-buku itu saksi diam. Kemarahanku, kecewaku, dan sekaligus sumber kewarasanku. Aku bertahan. Tuhan, aku membakarnya.. Aku ingin melupakannya.. Namun, aku akan tetap aku. Aku yang pincang hatinya, luka yang membusuk dan rusak. Ya, aku rusak.. Terkadang aku tak dapat membedakan kenyataan atau bukan.. Aku mungkin sudah rusak.. Terima kasih, kalian telah membunuhku.. Terima kasih untuk semua luka itu. Semua airmata itu.. Jikalau aku boleh meminta, jangan bunuh aku karena aku mengasihimu. Jauh dalam lubuk hatiku..