Minggu, 20 Juni 2010

food 4 ur soul


Once upon a time there was a girl who had four boyfriends.

She loved the fourth boyfriend the most and adorned him with rich robes and treated him to the finest of delicacies. She gave him nothing but the best.

She also loved the third boyfriend very much and was always showing him off to neighboring kingdoms. However, she feared that one day he would leave her for another.

She also loved her second boyfriend. He was her confidant and was always kind, considerate and patient with her. Whenever this girl faced a problem, she could confide in him, and he would help her get through the difficult times.

The girl's first boyfriend was a very loyal partner and had made great contributions in maintaining her wealth and kingdom. However, she did not love the first boyfriend. Although he loved her deeply, she hardly took notice of him!

One day, the girl fell ill and she knew her time was short. She thought of her luxurious life and wondered, 'I now have four boyfriends with me, but when I die, I'll be all alone.'

Thus, she asked the fourth boyfriend, 'I loved you the most, endowed you with the finest clothing and showered great care over you. Now that I'm dying, will you follow me and keep me company?'

'No way!', replied the fourth boyfriend, and he walked away without another word.

His answer cut like a sharp knife right into her heart.

The sad girl then asked the third boyfriend, 'I loved you all my life. Now that I'm dying, will you follow me and keep me company?'

'No!', replied the third boyfriend. 'Life is too good! When you die, I'm going to marry someone else!'

Her heart sank and turned cold.

She then asked the second boyfriend, 'I have always turned to you for help and you've always been there for me. When I die, will you follow me and keep me company?'

'I'm sorry, I can't help you out this time!', replied the second boyfriend.. 'At the very most, I can only walk with you to your grave.'

His answer struck her like a bolt of lightning, and the girl was devastated.

Then a voice called out: 'I'll go with you. I'll follow you no matter where you go.'

The girl looked up, and there was her first boyfriend. He was very skinny as he suffered from malnutrition and neglect.

Greatly grieved, the girl said, 'I should have taken much better care of you when I had the chance!'

In truth, you have four boyfriends in your lives:

Your fourth boyfriend is your body. No matter how much time and effort you lavish in making it look good, it will leave you when you die.

Your third boyfriend is your possessions, status and wealth.When you die, it will all go to others.

Your second boyfriend is your family and friends. No matter how much they have been there for you, the furthest they can stay by you is up to the grave.

And your first boyfriend is your spirit. Often neglected in pursuit of wealth, power and pleasures of the world.

However, your spirit is the only thing that will follow you where ever you go. Cultivate, strengthen and cherish it now, for it is the only part of you that will follow you to the throne of God and continue with you throughout Eternity.

Being happy doesn't mean everything's perfect. It means you've decided to see beyond the imperfections.

Sabtu, 19 Juni 2010

only if


When there's a shadow near, you reach for the sun
When there is love, then you look for the one
And for the promises, there is the sky
And for the heavens are those who can fly

When there's a journey, you follow a star
When there's an ocean, you sail from afar
And for the broken heart, there is the sky
And for tomorrow are those who can fly

If you really want to,, you can hear me say
Only if you want to,, will you find a way
If you really want to,, you can seize the day
Only if you want to,, will you fly away

Ah! Je voudrais voler comme un oiseau d'ailleurs

aku ingin mati saja, Tuhan,,,,


Hari masih pagi. Jam masih belum beranjak dari angka 3. Mataharipun belum sempat menunjukkan batang hidungnya, namun entah mengapa aku terbangun. Suatu perasaan yang tidak dapat kujelaskan membuatku terjaga dari lelapnya tidurku. Aku meraih handphone dan menelfon seseorang yang jauh disana. Sudah merupakan suatu kebiasaan jika aku terbangun dari tidurku, aku selalu menghubunginya. Sebelum tidur maupun saat terjaga, dialah yang mengisi malam2ku. Menemaniku senantiasa. Walau hanya suara desahan maupun dengkuran halusnya yang terdenger, namun itu sudah cukup untuk membuatku tenang. Tidak, dia tidak pernak marah maupun komplain dengan kebiasaanku yang satu ini karena dia tahu bahwa aku kesepian. 'Kenapa kebangun, sayang? Tidur lagi yu..", katanya lembut. Aku terdiam. Perasaan ini semakin tidak jelas. Rasanya tidak karuan. Aku biarkan dia mendengkur halus. Suara ini biasanya sudah membuatku tenang dan nyaman. Namun kenapa malam ini aku tidak bisa tidur kembali? Satu jam sudah lewat dan aku tetap terjaga. Ketika mataku mulai mau menidurkan jiwaku, sayup-sayup kudengar suara teriakan? Ada apa gerangan? Aku terdiam, ada suara teriakan dari bawah. "Sayang, ntar dulu ya. Kayanya ada apa2 di bawah.". Dengan gemetar aku buka kamarku dan berlari ke bawah. Benarkah Tuhan, apa yang terjadi disana adalah jawaban dari segala ketakutanku? Aku berlari dan kau pasti tidak akan percaya dengan apa yang kulihat disana.

Pemandangan mengerikan yang sama seperti dulu. Pemandangan mengerikan yang sama. Ibuku tergelat disana, tersudut di pinggir sambil memegang kepalanya. Bagaikan seekor ayam yang hendak dimakan binatang buas dan ayahku sebagai pemangsanya. Tampak jelas ayahku memukul ibuku bertubi2 dan menginjaknya. Tuhan, manusiakah ini? Kontan aku berteriak, "berhenti!!!". Mereka refleks melihatku. Setidaknya kegiatan penjagalan ini terhenti sejenak. Tak usah diragukan ragi. Kejadian yang sudah menjadi santapan menu utama dalam keluargaku ini terulang lagi dan lagi. Bagaikan kilat aku menghalau ayahku untuk berbuat keji lagi. Ketika aku sudah tidak berdaya, kugigit dia. Tak kusangka, dia mendorongku dan melemparku ke dinding. Waktu berjalan seperti slow motion, perlahan aku tahu bahwa aku terlempar namun aku tak dapat menghentikan ketika kepala ini mencium dengan manis tembok di rumahku. Sesaat kudengar jeritan dan pukulan lagi. "Ini semua salah kamu!!" suara itu bergema, aku berucap lirih,"berhenti". Sesaat, kulihat tatapan seorang anak kecil yang tak berdosa berdiri ketakutan dibalik pintu kamar. Airmataku terjatuh ketika melihatnya menangis. Aku tersenyum dan berkata, "masuk". Hatiku teriris begitu tajam, haruskah anak sekecil itu menikmati tontonan pembunuhan ini? Aku bagaikan melihat diriku bertahun-tahun yang lalu, haruskah dia merasakan apa yang aku rasakan? Tak dapatkah mereka berhenti dan tidak usah menjatuhkan korban lagi? Bagaimana masa depannya? Apakah dia akan kuat dan tegar dalam menjalani hidup ini? Aku ingin memeluknya, aku ingin menghapus ingatannya akan kejadian ini namun aku tidak kuat lagi dan semuanya menjadi gelap. Sepi dan begitu hening.

Aku takut untuk membuka mata. Aku tak mau kembali ke dunia ini lagi. Namun aku juga tak ingin untuk menutup mata. Setiap aku mencoba untuk menutup mata maka bayangan itu muncul kembali. Berulang-ulang. Memaksaku untuk terdiam dan menangis dalam kesendirian. kepedihan yang tak terbayarkan. Masa kecil yang indah hanyalah impian. Ya, semenjak kecil aku sudah terbiasa dengan kekerasan. Aku selalu pura-pura tertidur dan menangis. Aku tidak pernah bisa untuk menghalau mereka. Ketika pisau dan pring dengan mudah dilemparkan. Ketika makian terdengar seperti sebuah alunan. Ketika airmata sudah mengering. Ketika darah yang mengalir sudah tidak dirasakan lagi. Ketika UGD bukan merupakan tempat yang asing untukku. Ketika aku sudah bukan manusia lagi. Ketika aku selalu menjauhkan diri dari semua temanku. Apa yang aku takutkan? Aku takut mereka tahu. Tapi aku bosan. Aku tak punya tempat untuk mengadu. Aku sudah tak punya tenaga untuk memberontak. Tuhan, engkau berada dimana?

Malam ini aku menangis sendiri. Apakah ini adalah mimpi buruk yang tidak akan berakhir. Hiburanku adalah kesendirianku. Kesenanganku adalah untuk diriku sendiri. Maka kali ini kuputuskan untuk menjalani hidup ini sendiri. Aku sudah tidak percaya akan hidup. Akan orang maupun pada apapun. Ini aku. Aku sudah muak. Jangan pernah salahkan takdir, jangan pernah salahkan mengapa kau pernah dilahirkan. Makhluk hina ini sebentar lagi juga akan pergi. Lihat diriku sekarang. Inilah hasil dari sebuah kesalahan. Tidak ada yang perlu untuk dimaafkan. Tidak ada arti sebuah kebenaran.

Aku terdiam, tersudut. Badanku dingin, tak ada pelukan hangat yang menemani. Semuanya kini telah pergi. Tinggal aku sendiri. Maka satu hal yang kupinta, Tuhan, aku ingin mati saja.......

l.O.v.E


One day, while the girl was on her way to work, she was knocked down by a car that lost control. When she woke up, she saw her parents beside her bed. She realized that she was badly injured. Seeing her mum crying, she wanted to comfort her. But she realized that all that could come out of her mouth was just a sigh. She has lost her voice......

The doctor says that the impact on her brain has caused her to lose her voice. Listening to her parents' comfort, but with nothing coming out from her, she broke down.

During the stay in hospital, besides silence cry,.....it's still just silence cry that companied her. Upon reaching home, everything seems to be the same. Except for the ringing tone of the phone. Which pierced into her heart every time it rang. She does not wish to let the guy know. & not wanting to be a burden to him, she wrote a letter to him saying that she does not wish to wait any longer.

With that, she sent the ring back to him. In return, the guy sent millions & millions of reply, and countless of phone calls,.. all the girl could do, besides crying, is still crying....

The parents decided to move away, hoping that she could eventually forget everything & be happy.

With a new environment, the girl learnt sign language & started a new life. Telling herself everyday that she must forget the guy. One day, her friend came & told her that he's back. She asked her friend not to let him know what happened to her. Since then, there wasn't anymore news of him.

A year has passed & her friend came with an envelope, containing an invitation card for the guy's wedding. The girl was shattered. When she opened the letter, she saw her name in it instead.

When she was about to ask her friend what's going on, she saw the guy standing in front of her. He used sign language telling her "I've spent a year's time to learn sign language. Just to let you know that I've not forgotten our promise. Let me have the chance to be your voice. I Love You. With that, he slipped the ring back into her finger. The girl finally smiled.

Kamis, 17 Juni 2010

it'z not eazy be m3


Tidak kupercaya apa yang kulihat. Adakah lagi arti dari semua ini? Tangisan seorang anak manusia yang dipermainkan oleh dunia? Tatkala kedua orangtua sudah bukan merupakan pegangan lagi karena semua sudah memiliki dunianya sendiri dengan pasangan masing2 hingga mereka lupa akan buah perbuatan mereka yang bahkan mungkin tidak ikhlas untuk disebut 'anak?'. Sang anakpun sudah tidak menunjukkan rasa hormat, kata2 kotor keluar dan arti saudara berubah menjadi sebutan kebun binatang. Belum lagi kelakuan laknat yang mereka perbuat. Terjerumus dalam dunia gelap, dibuai bukan oleh kasih sayang orang tua namun oleh minum2an, obat2an dan curhat bersama setiap orang yang mau ditidurinya, tidak lupa terlibat hutang disana-sini dan pikiran normalnya sudah hilang ketika dia menganggap adiknya berselingkuh dengan ayahnya. Benar2 gila. Mungkin kalian berfikir bahwa ini semua hanyalah rekayasa, tapi percayalah bahwa ini didasarkan kisah nyata. Jangan menampik akan sebuah realita. Bayangkan hidupnya yang sedari kecil selalu diwarnai dengan pertengkaran dan pertumpahan darah. Inilah gambaran dunia kita saat ini. Banyak hal yang mencengangkan jiwa. Lalu bagaimana dengan orang-orang ini? Hebatnya, dari luar mereka sama seperti kita bahkan gue mendapatkan mereka tampak menganggap semua ini biasa dan dapat tertawa bagaikan tidak ada sesuatupun yang terjadi. Mereka tetap menjalani hidup seperti biasa bahkan aktif mengikuti kegiatan keagamaan. Lalu dimanakah letak keagamaan mereka? Aku tidak dapat menghakimi. Bagaimana perasaan mereka? Bagaimana anak2 mereka yang lain yang menjadi korban? Dapat terbayangkan kehidupan yang begitu munafik dan menyiksa. Maka wajarlah ketika dia berkata 'it's not easy be me'. Maka wajarlah ketika keluar kata2 aku tidak percaya akan semua di dunia ini. Tanyakan pada orang religius, mereka akan mengatakan ini adalah akibat dosa sementara para pemain ini bertanya dimanakah yang namanya Tuhan? Tanyakan pada orang pintar, maka mereka akan berkata semua itu dikendalikan oleh pikiran sementara kewarasan mereka telah lama terenggut. Tuhan, benar kataMu. Dunia ini sudah gelap. Maka berilah harapan pada kegelapan ini. Kami tidak meminta cahaya terang, kami hanya meminta sebuah lilin kecil. Namun, siapakah yang akan membawakan lilin itu?????

Minggu, 13 Juni 2010

sepucuk surat dari pasienku,,,,


berjalan dalam keremangan
hilang tanpa pegangan
merasa semua terhenti
berhenti

kala kata cukup sudah tidak berarti lagi
kala waktu ingin kuputar kembali
kala hidup sudah tidak menarik lagi

saat itu seakan dunia menarikku
aku terhenti
tidak dapat bergerak
sesak
perih
haruskah semua ini terjadi
namun ini realita dan bukan mimpi
seandainya
ini semua tak pernah terjadi

(dikutip dari sebuah kertas yang tergeletak disamping tempat tidur pasienku,seorang pria berusia 20-an yang sudah terserang stroke dan lumpuh sebelah badan)