Selasa, 21 Februari 2012

Cuti hamil

Sebenarnya berapa lamakah seorang wanitra memiliki hak untuk cuti saat kehamilan dan melahirkannya? Mengutip penjelasan www.hukumonline.com inilah penjabarannya,,,,

Mengutip penjelasan pada artikel jawaban Hak Cuti Hamil Karyawan Rumah Sakit, Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UUK”), pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat (cuti) selama 1,5 bulan – atau kurang lebih 45 hari kalender - sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan. Artinya, hak cuti hamil selama 1,5 bulan dan hak cuti melahirkan 1,5 bulan, telah diberikan oleh undang-undang secara normatif dengan hak upah penuh atau berupah/ditanggung selama menjalani cuti hamil dan cuti melahirkan tersebut (lihat Pasal 82 ayat [1] jo. Pasal 153 ayat [1] huruf e UUK).
Namun memang pada praktiknya, pekerja/buruh perempuan yang sedang hamil mungkin tak selalu mudah menentukan kapan bisa mengambil haknya untuk cuti hamil dan melahirkan. Misalnya, dalam hal pekerja tersebut melahirkan prematur sehingga pekerja tersebut melahirkan sebelum mengurus hak cuti melahirkannya.
Meminjam penjelasan dari artikel Perhitungan Hak Cuti Jika Melahirkan Prematur, apabila kelahiran terjadi lebih awal dari yang diperhitungkan oleh dokter kandungan, tidak dengan sendirinya menghapuskan hak atas cuti bersalin/melahirkan. Anda tetap berhak atas cuti bersalin/melahirkan secara akumulatif 3 (tiga) bulan. Artinya, dalam kondisi yang demikian hak cuti hamil/melahirkan anda tidak akan hangus.
Sehingga, dalam kaitan dengan hak cuti hamil dan melahirkan tersebut, pengusaha/para pihak hanya dapat mengatur/memperjanjikan (misalnya) pemberian hak cuti yang lebih dari ketentuan normatif, atau menyepakati pergeseran waktunya, dari masa cuti hamil ke masa cuti melahirkan, baik sebagian atau seluruhnya sepanjang akumulasi waktunya tetap selama 3 bulan atau kurang lebih 90 hari kalender.
Selain itu diatur juga dalam penjelasan Pasal 82 ayat (1) UUK bahwa lamanya istirahat dapat diperpanjang berdasarkan surat keterangan dokter kandungan atau bidan, baik sebelum maupun setelah melahirkan.
Bila ingin cuti lebih panjang, berarti ambil cuti jenis lain,, kalau masih sekolah yah namanya cuti SEMESTER,, alias 6 bulan hehehe,,, 


Selasa, 14 Februari 2012

Hei paket, kemana?

Tanggal 06 Februari kemarenan gw ngirimin paket buat suami gw disono.. Kirimin pake PT POS Indonesia. Lama menunggu,, eh, sampe hari ini si paket kaga dateng2 alias nyampe ke tangan suami gw. Bingunglah.. Mana udah gt hape gw dengan pintarnya tiba-tiba mati di tengah malem buta!! Dalam 2 hari ini emang gw ga sempet buat ngurusin tuh hape dan bikin gw sangat terpuruk. Bingung sendirian dan yang pasti jadi bloon sendiri.. Ternyata kehilangan sinyal dan kehilangan jejak paket mampu membuat gangguan perilaku seperti bengong dan nyanyi sendiri,, kemana,, kemanaaaa,,, dimanaaaa,, paketku,, paketku,, paketkuu,,



katanya sih bisa dilacak ke www.posindonesia.co.id dan gw mencobanya.. Alhasil beginilah tampilannya:






Pertanyaan gw:
Kemanakah paket ituh? Jadi keseeelllllllllll!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Minggu, 12 Februari 2012

mom to be,,

Waktu itu,,

 Kebetulan hari pernikahan gw tepat setelah gw "bersih" dari "tamu berdarah bulanan". Dan 3 minggu setelah nikah, gw cobain waktu itu test pack tapi hasilnya nihil. Pas udah sebulan, hasilnya masih nihil jg, tapi suami gw bilang, kan udah telat.. Udah kali, katanya.. Akhirnya sebulan lebih beberapa hari, gw cek lagi,, HOREEEE!!! Garisnya dua!! (fyi, saking senengnya gw masih menyimpan hasilnya mpe sekarang, wkwkwk). Berhubung karena suami gw di jakarta dan gw di bandung, gw MMS dia. Lamaaa gw tungguin balesan,,, Kok ga ada respon yah?? Malemnya gw kesel, gw tanya,, kok ga seneng sih hamil? Jawabannya sangat simple,, Eh, kalo garisnya dua hamil yah? Kirain makin banyak garisnya itu hamil. Otomatis gw langsung cengo.. Istrinya dokter kok begitu jawabannya?? hahahaha..



Tapi berhubung karena waktu dan situasi yang kurang kondusif buat kontrol (saat itu persiapan suami gw berangkat sekolah nun jauh di sana) makanya baru sebulan kemudian gw sama laki gw kontrol. Syaratnya, harus dokter kandungan cewe!! hihihi.. Pertama kali kontrol sama dia malahan ketawa-ketawa melulu. Bayangin ajah, masa laki gw ngomong gini,, jangan2 nanti ditanya gimana proses pembuatan anaknya? hahahaha.. Waktu itu masih berupa kantong doang, tapi minimal suami gw sempet liat anaknya sebelum berangkat.

Proses kehamilan gw terbilang sangat smooth dan baik. Anak gw memang baik, kaya enyaknyaa... (preettt, wkwkwkwk). Ga ada yg namanya morning sickness atau perasaan ga jelas. Tiap hari aktivitas seperti biasa, jaga malem seperti biasa, hanya porsi makan yang berlebihan.. Makan bisa sampe 6-7 kali, dan harus makan nasii (persis bokapnye). Untunglah anak ini ngerti kalo enyaknya sendirian dan masih sekolah.. Bener-bener anak yang berbakti..

Kontrol kedua gw dateng sendirian. Kali ini gw kontrol di rumah sakit inceran gw buat ngelahirin nanti. Dokter kandungannya baik, murah senyum. Jadi seneng. Tapi sedih juga, karena kali ini gw kontrol cuma sendirian. Walhasil, gw sibuk ngetik referat daripada bt liat semua ibu-ibu disana pada dianterin suaminya :( and maybe I'm the only one who wore backpack and worked in her laptop..


Aihh,,, airmata gw keluar pas liat that cute tiny baby inside my tummy,, dia gerak aktif banget.. Thank you lord, you gave me this baby.. Beratnya 81 gram waktu itu... Btw, pas pulangnya shock jg karena pemeriksaan darah, obat dll mencapai sejuta lebih, hehehehe.. Fiuuhh...


Waktupun berlalu, untunglah nafsu makan gw tidak sebasar pas awal2 kehamilan. Hanya 3 atau 4 kali makan saja sehari. Tapi perut gw sangat membuncit.. Celana-celana mulai tidak cukup sehingga kadang gw ga pake resleting (wkkwkwkw), dan baju-baju sudah mulai tidak cukup. memang sih, dibandingin sama orang-orang perut gw memang membuncit lebih besar :( Dan hal ini menimbulkan polemik baru. Kenapa sih ada diskriminasi baju hamil? Kenapa baju hamil itu tempatnya nyempil? Trus hanya ada sedikit pilihan. Itupun bajunya lebih mirip baju bobo. Masa pas ketemu pasien baju gw kaya habis bangun tidur? Gw search di internet.. Bajunya sama2 ajah tuh. Nasib.. nasib...

Dokter gw ini hanya ada jadwal sore hari senin dan gw memperhitungkan kalo minggu2 ke depan gw bakalan sibuk hari seninnya atau jadwal gw buat jaga. Maka dengan terpaksa, kunjungan berikutnya gw dateng pas abis jaga malem. Ga kebayang tampang gw dengan kantong mata, muka kuyu yang lebih mirip kaya pembokat pulang kampung dengan tas ransel di punggung dan menjinjing plastik isi cemilan. Tapi rasa capek gw langsung ilang begitu gw liat si dede.. my miracle...



Katanya jenis kelaminnya belum bisa ditentuin. Ada tonjolan sih, tapi belum tentu juga. Ga papa, yg penting dia sehat.. Beratnya 398 gram.. Bulan depan pas kontrol udah keliatan "tongkat ajaib"nya yah,, Hehehe..

Dear my son,,
Take care there yah,,
Maafin mommy sering bikin dede capek karena kesibukan mommy atau pas mommy jaga malem..
Sehat-sehat disana yah..
Walau papa ga ada deket kita, tapi percayalah dia selalu ada buat kita..
Maapin si papah yah yg ga bisa ngeliat perkembangan dede,, bahkan mungkin sampe dede udah keluar dari perut mommy nanti,,
Kita memang hanya berdua, tapi He will take care of us too baby..

Jumat, 10 Februari 2012

Dokter bukan dukun

Seringkali, kami para dokter mendapat konsulan dari teman atau kerabat hanya via telfon, seperti salah seorang sahabat saya. Dia hari ini bercerita bahwa ada salah seorang sepupunya mimisan dan sepupunya bertanya apa penyebabnya, teman saya menjawab panjang dan detail. Namun sepupunya malah memberikan kesan bahwa teman saya "tidak mampu mendiagnosa". Ada lagi kisah tentang seorang wanita yang berkata pada saya, trombosit rendah pasti demam berdarah. Saya tersenyum. Saya paling malas menjawab pertanyaan seseorang via telfon, bukan mengapa... Inilah alasannya...

Seorang dokter akan mendiagnosa pasiennya melalui sebuah runutan perjalanan yang cukup panjang. Dimulai dari melihat usia, pendidikan, lingkungan. Mengapa hal itu penting? Karena beberapa penyakit menyerang pada usia tertentu, pendidikan menentukan cara penyampaian dan lingkungan akan melihat faktor resiko hingga prognosis. Kemudian dilanjutkan dengan anamnesa, dimana sang dokter akan bertanya tentang keluhan utaama, kapan terjadinya, diperberat dengan apa, terutama menyerang pada saat kapan, dll.. Dari anamnesa ini, kami mengarah pada sebuah diagnosa, dan membuang beberapa diagnosa banding. Menurut teori 60%-70% diagnosa didapatkan dari anamnesa yang baik. Langkah selanjutnya adalah dengan pemeriksaan fisik. Beberapa penyakit memiliki manifestasi yang dapat kami periksa baik itu dengan penglihatan (inspeksi), perabaan (palpasi), perkusi maupun dengan auskultasi (istilah gampangnya dengan mendengarkan melalui stetoskop). Pemeriksaan dari kepala hingga kaki, dan spesifik berdasarkan keluhannya (pemeriksaan gigi, THT tentu akan berbeda jika memeriksa saraf seseorang). Setelah itu, kami membutuhkan pemeriksaan penunjang, seperti laboratorium, rontgen, PA dll. Dan semua itu dirangkum dalam otak seorang dokter yang harus menyaring berbagai informasi tersebut sehingga menghasilkan suatu diagnosa dan memberikan terapi.

Jika kami hanya mengetahui secuil dari informasi, itu akan menghasilkan diagnosa banding yang sangaaattt luassss.. Kita ambil contoh gampang. Keluhan demam dapat menghasilkan hingga jutaan diagnosa banding, pikirkan saja,,, vaksinasi, mencret, batuk pilek bahkan hingga kankerpun dapat bermanifestasi sebagai demam. Atau yang paling sering, trombosit rendah,, selalu identik dengan demam berdarah atau bahkan seseorang dapat dengan lantang berkata typhoid fever karena trombosit rendah (helowww,,,,). Dokter tidaak akan bisa mendiagnosa hanya dengan sebuah hasil lab,, Otak kami merangkai semua informasi yang ada, menyaring semua diagnosa banding, memeriksa kondisi pasien dan memanfaatkan pemeriksaan penunjang. Jadi, saya mohon,, Sebelum anda menyalahkan seorang dokter salah mendiagnosa, pastikan anda memberikan informasi yang akurat dan kami butuh melihat kondisi pasien, tidak hanya dari telfon karena... kami bukanlah dukun...



Sabtu, 04 Februari 2012

Selamat tinggal,,

Ketika Tuhan sudah memanggil,,,

Tampak baju-baju putih itu berkumpul, ada yang memegang ambu bag, ada yang melakukan RJP, ada yang siap memasukkan obat, ada yang mempersiapkan untuk DC shock. Pasien itu sempat apneu. Saya berdiri disana, melihat dilema seorang anak yang juga merangkap dokter. Tersungkur di pinggir bed seorang pria setengah baya yang sedang berada di "ujung jalan".. Berat sekali bebannya. Tak berhenti air mata itu mengalir. Lakukan yang terbaik, itu pintanya. Tangan sigap, DC sudah dilakukan, obat sudah masuk, berulang-ulang.. Pupil sudah midriasis, refleks kornea, gag reflex, motorik, semua sudah tidak ada. "Tolong, tunggu anak saya. Biarkan kami bersama-sama mendoakan kepergiannya", sahut sang ibu lirih. Ambu tetap dilakukan sambil menunggu anaknya. Terdengar suara pintu terbuka dan pecahlah tangis disana. Ah,,, selalu ada rasa di balik setiap cerita kematian. Hari ini, ayahanda teman saya meninggal.

Tuhan tidak pernah memberitahukan kapan waktu akan berakhir, Tuhan juga yang menentukan cara seseorang berakhir. Tugas dokter hanyalah melakukan intervensi atau hanya sekedar mamprediksi karena segala kesembuhan ada di tanganNya. Namun yang paling berat adalah menghadapi kematian kerabat dokter...

Tegar, wanita itu tampak begitu tegarnya.. Dia menggenggam erat pundak ketiga anaknya. Wanita yang masih cantik untuk usianya. Perlahan dielusnya ketiga anaknya. Nampak si bungsu tidak kuat menahan airmatanya. Namun wanita itu begitu kuatnya. Perlahan dia berjalan menuju jasad seorang pria yang selalu menemani hidupnya selama ini baik suka maupun duka, seorang pria yang rela memasang badannya untuk keluarganya, seorang pria yang mampu menjadikan wanita itu tegar berdiri saat ini. Sudah saatnya, maka bantuan hiduppun perlahan mulai diberhentikan.. Selamat tinggal, selamat jalan,,, Semoga segala amal ibadahnya diterima disisiNya...

Deep inside

Pernahkah kau merasakan kesedihan yang begitu mendalam saat melihat seseorang? Hanya dengan melihat wajahnya saja, kita seakan turut terhanyut dalam kepedihannya,, ikut terbawa dalam suasana hatinya. Mendung itu disana, menaungi wajah kecilnya. Senyum itu sirna sudah. Tidak ada lagi sungging manis, giginya yang berjajar saat bibirnya mengembang, tidak ada mata kecilnya yang bermain lincah. Redup. Redam. Gelap.... Siapapun yang melihatnya pasti akan merasakan kepedihannya.

Awan itu membayang dalam wajahnya, menyedot segala keceriaan yang berusaha kubawa. Aku terdiam. Bukan, bukan rasa bosan yang terpancar disana. Kebingungan. Kejenuhan. Dipermainkan dunia. Merasa semua salah. No way out. Muak dengan lingkungan. Tidak nyaman. Jikalau anak muda boleh memiliki istilah, hatinya sedang GALAU..

Tak dapat menggapai, tak mampu berucap, tak bisa berkata menghibur. Hanya dengan melihat wajahnya saja sudah bisa membuat diri kita merasa sedemikian bersalahnya.. Merasa tidak berguna karena tak dapat menemani, tidak dapat berbagi dan tidak dapat menyelesaikan masalah. Aku hanya dapat berdoa, semoga Tuhan memberikan jalan keluar. Semoga Tuhan memberikan kekuatan...




Lord,,
If I could turn back time..
If I could rearrange everything,,
,,,,,,,,
Yes, lord,,, I regret,, for now,,





He walked with sorrow,,
No place to go,,
And he got zero,,
An empty soul,,

What comes from the heart, goes to the heart,,
I can feel it,,
The pain inside,,
And my heart is broken,,

Keep holding on,,
Stay strong,,
We're just about moving on,,
Just stay strong,,