Jumat, 10 Februari 2012

Dokter bukan dukun

Seringkali, kami para dokter mendapat konsulan dari teman atau kerabat hanya via telfon, seperti salah seorang sahabat saya. Dia hari ini bercerita bahwa ada salah seorang sepupunya mimisan dan sepupunya bertanya apa penyebabnya, teman saya menjawab panjang dan detail. Namun sepupunya malah memberikan kesan bahwa teman saya "tidak mampu mendiagnosa". Ada lagi kisah tentang seorang wanita yang berkata pada saya, trombosit rendah pasti demam berdarah. Saya tersenyum. Saya paling malas menjawab pertanyaan seseorang via telfon, bukan mengapa... Inilah alasannya...

Seorang dokter akan mendiagnosa pasiennya melalui sebuah runutan perjalanan yang cukup panjang. Dimulai dari melihat usia, pendidikan, lingkungan. Mengapa hal itu penting? Karena beberapa penyakit menyerang pada usia tertentu, pendidikan menentukan cara penyampaian dan lingkungan akan melihat faktor resiko hingga prognosis. Kemudian dilanjutkan dengan anamnesa, dimana sang dokter akan bertanya tentang keluhan utaama, kapan terjadinya, diperberat dengan apa, terutama menyerang pada saat kapan, dll.. Dari anamnesa ini, kami mengarah pada sebuah diagnosa, dan membuang beberapa diagnosa banding. Menurut teori 60%-70% diagnosa didapatkan dari anamnesa yang baik. Langkah selanjutnya adalah dengan pemeriksaan fisik. Beberapa penyakit memiliki manifestasi yang dapat kami periksa baik itu dengan penglihatan (inspeksi), perabaan (palpasi), perkusi maupun dengan auskultasi (istilah gampangnya dengan mendengarkan melalui stetoskop). Pemeriksaan dari kepala hingga kaki, dan spesifik berdasarkan keluhannya (pemeriksaan gigi, THT tentu akan berbeda jika memeriksa saraf seseorang). Setelah itu, kami membutuhkan pemeriksaan penunjang, seperti laboratorium, rontgen, PA dll. Dan semua itu dirangkum dalam otak seorang dokter yang harus menyaring berbagai informasi tersebut sehingga menghasilkan suatu diagnosa dan memberikan terapi.

Jika kami hanya mengetahui secuil dari informasi, itu akan menghasilkan diagnosa banding yang sangaaattt luassss.. Kita ambil contoh gampang. Keluhan demam dapat menghasilkan hingga jutaan diagnosa banding, pikirkan saja,,, vaksinasi, mencret, batuk pilek bahkan hingga kankerpun dapat bermanifestasi sebagai demam. Atau yang paling sering, trombosit rendah,, selalu identik dengan demam berdarah atau bahkan seseorang dapat dengan lantang berkata typhoid fever karena trombosit rendah (helowww,,,,). Dokter tidaak akan bisa mendiagnosa hanya dengan sebuah hasil lab,, Otak kami merangkai semua informasi yang ada, menyaring semua diagnosa banding, memeriksa kondisi pasien dan memanfaatkan pemeriksaan penunjang. Jadi, saya mohon,, Sebelum anda menyalahkan seorang dokter salah mendiagnosa, pastikan anda memberikan informasi yang akurat dan kami butuh melihat kondisi pasien, tidak hanya dari telfon karena... kami bukanlah dukun...