Sabtu, 11 September 2010

warisan yang berharga

Seorang lelaki setengah baya berjalan perlahan. Dengan memegang sebuah map, dia berdiri tegap di tengah kerumunan orang yang berpakaian rapih dan perlente. Dia berdiri disana, dengan pakaian sederhananya, mungkin dialah satu-satunya orang yang tidak datang dengan bentuk tubuh putih, sipit dan gaya ataupun pakaian yang menunjukkan kekayaannya. Sebenarnya tidak ada yang spesial darinya, bahkan dia mungkin tidak akan nampak mencolok dan dipandang sebelah mata. Dengan perawakan cenderung kurus dan kecil, dia memasuki salah satu sekolah swasta termahal di kota ini. Dan aku melihatnya dari balik kaca di salah satu ruang tunggu di sekolah itu. Sesudah beberapa saat aku terpana dengan kemegahan dan banyaknya piala yang dipajang di sekolah ini. Tiba-tiba pria itu datang dan berkata, "kamu diterima di sekolah pagi disini.", katanya singkat sambil menggenggam tanganku pulang.
Ya, dia adalah ayahku.....


Latar belakang yang keras membuatnya menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah dan keras kepala. Tidak jarang dia bersitegang ketika banyaknya hal yang tidak sejalan dengan keinginan maupun prinsipnya. Dia adalah seseorang yang memiliki pemikiran dan visi yang panjang. Apapun akan dilakukannya untuk kesejahteraan orang yang berada di sekitarnya, sekalipun mungkin itu akan mengorbankan harga dirinya.
Namun, sifatnya yang keras itu dibawanya ke rumah. Masih hangat dalam ingatanku bagaimana dia menghukum kedua kakakku dengan sapu lidi atau berdiri dengan satu kaki ketika mereka mendapat nilai yang buruk atau tidak dapat menjawab pertanyaan. Namun aku adalah orang yang termasuk beruntung karena ketika aku bersekolah, dia sudah "insaf" dan tidak lagi menerapkan gaya kolonial.
Kebiasaannya yang sangat aku sukai adalah ketika pembagian rapot. Bila pembagian rapot tiba dan hasilnya bagus, dia selalu menjemputku dan membawaku ke toko kue untuk makan kue daging, sosis dan es krim rasa durian. Teringat bagaimana setiap hari kamis, aku selalu menunggu sosok berpakaian seragam membawakanku majalah bobo, ataupun setiap kali ulang tahun dia selalu membawakanku kue tart buah dengan rhum, hmm, yummy...

,,,ayahku,,,,

Dialah orang yang tersenyum ketika pertama kali aku menggenakan pakaian seragam SMP dan berkata,"anakku sudah besar, sudah gadis sekarang"
Dialah orang yang selalu bercerita bagaimana susahnya hidup jaman dahulu, harus bersepeda jauh bila sekolah, menghapal pelajaran tanpa ada penerangan lampu seperti sekarang dan bagaimana perjuangannya hingga sampai sekarang.
Dialah orang yang dengan sedih menolak permintaanku ketika tuti kecil dengan egoisnya meronta-ronta untuk ikut les ini-itu seperti kakak-kakakku yang lain dan dia hanya berkata "seandainya aku bisa..."
Dialah satu-satunya orang yang pagi-pagi memasakkanku nasi goreng (dalam artian sebenarnya, dimana nasi hanya digoreng dengan bawang dan garam tanpa bumbu lain) ketika kami hanya berdua di rumah. Tapi tahukah kalian, itu adalah nasi goreng terenak yang pernah aku makan dan melebihi koki manapun.
Dialah orang yang paling khawatir dan selalu menelfonku ketika aku berada di papua.
Dialah orang yang paling kecewa ketika aku gagal meraih mimpiku walau dia tidak pernah menunjukkannya karena yang dia pikirkan bukanlah keberhasilanku namun perasaanku yang telah berjuang dan gagal. Yang utama bagi dia hanyalah menjaga hatiku dan bukan masalah gagal atau berhasil.
Dialah orang yang kelihatannya keras namun yang paling sedih dan menangis malam-malam ketika aku putus cinta dan ditinggal pergi (i still remember that face).

Namun satu hal yang akan selalu aku ingat tentang beliau,, Dia selalu berkata, "aku tidak akan mewariskan harta, yang kuwariskan hanyalah ilmu". Dia selalu berusaha yang terbaik soal pendidikan. Dialah yang terus mendukungku untuk sekolah, untuk tidak berhenti belajar dan terutama untuk bangga dengan sebuah kegagalan,, (tanpa kegagalan orang tidak akan menghargai apa yang didapatnya -ayahku-).

Ketika kata-kata tidak akan cukup menggambarkan tentang dirimu
Ketika do'a tidak cukup panjang kulantunkan atas namamu
Ketika itulah aku hanya bisa satu hal
Berterimakasih pada Tuhan
Dan berkata, "jagai dia, Tuhan,, jagai AYAHKU"