Selasa, 27 September 2011

our amazing wedding

Akhir dari sebuah perjalanan yang akan menjadi sebuah langkah awal dari sebuah jalan yang baru.. Pertama kali aku melihatnya, sebuah malam yang dingin, sesudah aku pulang jaga. Sebuah perkenalan yang tidak sengaja dan begitu polos. Aku melihatnya berdiri di depan gerbang itu, menungguku membukakan pintu rumahku. Sebuah kaleng biskuit durian menjadi saksi percakapan pertama kami. Sebuah kesengajaan yang tidak akan pernah terfikir menjadi akhir dari penantianku selama ini. Itulah pertama kali aku bertemu dengannya..

Siapa bilang jalan kami mudah? Siapa bilang jalan kami tampak baik-baik saja? Bahkan sampai saat inipun aku masih berfikir keras mengapa kami dapat bertahan hingga sejauh ini. Berbagai prasangka, cacian, kecurigaan, masa lalu terbalut dengan begitu rapih dan muncul satu persatu. Setiap hari, hampir setiap malam. Tidak terhitung betapa banyaknya SMS ataupun jam-jam yang berakhir pada pertengkaran demi pertengkaran. Umumnya semua permasalahan kami adalah dari orang lain. Masalah kami adalah orang ketiga, keempat, kelima, keenam, dst dst..

Konflik, gesekan dan semua itu memperuncing permasalahan kami berdua. Berbagai cacian yang menyakitkan dilontarkan. Dan perlu diketahui bahwa semua itu sangat parah. Tidak jarang kami berdua sering memutuskan untuk berhenti dan menyerah atau bahkan kawin lari. Perlahan. Membusuk. Menggerogoti. Tapi kami berdua masih bertahan. Dengan sisa-sisa kekuatan kami. Sekalipun kami harus merangkak dan menampung air mata. Saat itu kami tersadar bahwa semua itu bukanlah karena kekuatan kami. Semua itu bukan karena kebijakan kami. Membela diri, egois, saling memihak,, sebenarnya itu yang Allah bungkus menjadi pengertian, bersabar, merendahkan diri dan memaafkan. 


Ketakutan...
Itulah yang kami rasakan setiap kali ada pertemuan keluarga. Itulah yang menjadi momok menyeramkan. Terlalu banyak liku dan masalah, terlalu banyak permintaan, terlalu banyak kesulitan. Namun Tuhan itu luar biasa, semua itu dibalutnya dengan rapih. Sangat rapih.

Undangan yang selalu bermasalah, baru menghubungi make up rias pengantin, bunga untuk hand bouquet masih ada di perjalanan, mengangkut alat musik karena ternyata tidak disediakan gereja, mengurus ke RT, RW, kelurahan dan catatan sipil, semua itu kami lakukan H-1 pernikahan kami. Itulah perbedaan kami dengan pasangan yang lainnya. Tidak ada yang namanya luluran, perawatan dan semacamnya (bahkan masih jaga), jauh2 dari dipingit (yang ada malah ketemuan), tidak ada kata istirahat bagi sang calon mempelai karena masih gotong-gotong barang. Semua itu kami lakukan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Tuhan memberika bantuan dari mana saja. Ketika kami butuh pemain untuk mengiringi, Tuhan mempertemukan kami di gereja. Ketika kami membutuhkan alat musik (notabene sudah itung jam dari acara), Tuhan membukakan hati salah satu petugas tempat les musik untuk menyediakan alat yang kami butuhkan. Ketika kami bingung mencari tempat berteduh para saudara yang datang, Tuhan menyediakan sebuah wisma yang sangat nyaman. Ketika kami tak tahu tempat untuk tinggal setelah menikah, Tuhan memberikan sebuah rumah. Ketika orang lain membutuhkan waktu satu minggu untuk mendaftarkan ke catatan sipil, kami mengerjakannya dalam hitungan jam, yah,,,, semua itu terjadi di detik2 terakhir kami. Satu yang aku secara pribadi syukuri, bahwa kami melakukan semua itu berdua. Kami berjalan kaki, bergandeng tangan dan menapaki berdua. Kata pingit itu sudah berganti menjadi bergandengan tangan. Dan Tuhan menyertai kami dengan cara yang luar biasa.

Lihatlah senyum mereka, Tuhan sudah mengganti amarah mereka. Lihat tawa mereka, Tuhan sudah mengganti amarah mereka. Dengar ucapan mereka, Tuhan sudah mengganti cacian mereka. Lihat air mata bahagia mereka, Tuhan sudah meredam tajam amarah mereka. Rasakan pelukan mereka, Tuhan sudah mengganti rasa dingin mereka. Terima kasih, Tuhan.. Terima kasih...

Tidak mungkin kami mengucapkan rasa terima kasih kami satu persatu. Biarlah Tuhan yang membalas semua pihak yang telah membantu kami melangsungkan sebuah pernikahan yang kiranya dapat menjadi berkat bagi orang lain... Biarlah semua orang berbahagia karena kami. Maafkan jika dalam perjalan kami, kami berbuat salah dan menyakiti. Mohon maaf apabila kami bertutur dan berperilaku kurang berkenan, mohon maaf untuk para mantan yang masih mengharapkan. Satu pintaku... Doakan kami.