Sabtu, 26 Januari 2013

(Bukan) dia

Ini kisah antara aku dan dia..

Aku telah memilihnya..
Dia.. Bukan yang lain.. Hanya dia...

Karena apa yang kulihat, mungkin tidak bisa dilihat yang lainnya...

Dia memang tidak memiliki wajah elok nan rupawan.. Bahkan mungkin termasuk kategori biasa saja...
Dia memang tidak seperti pilihan mereka yang dapat menyediakan rumah lengkap dengan kolam renangnya.. Dia hanya menyediakan sebuah rumah biasa, itupun belum milik pribadi..
Dia memang bukan berasal dari keturunan bangsawan.. Hanya seorang yang lahir dari guru dan pemuka agama..
Dia memang tidak memiliki perusahaan, bukan pengusaha, tidak bekerja di perusahaan asing atau praktisi kesehatan.. Bahkan dia hanya seorang karyawan biasa...
Dia memang tidak diwarisi harta yang mampu membiayai beberapa keturunan.. Atau berkelimpahan.. Dia membiayai hidup dengan kata cukup..
Dia.. Mungkin dia tidak sesuai dengan harapan kalian..

Karena apa yang kulihat, mungkin tidak dapat dilihat yang lainnya..

Menyesalkah aku?
Yang kusesali bukan dia, namun pendapat mengenai dia..
Siapa yang tidak ingin anaknya hidup susah? Aku mengerti.. Namun bukan dengan cara membandingkan..
Setiap orang memiliki jalan dan nasibnya..

Bila yang satu harus tertatih dan yang satu diberi kereta dorong untuk berjalan.. Janganlah menginjak yang tertatih, karena suatu saat nanti dia bisa berlari dan tidak bergantung pada alat dan kereta dorong. Dia berusaha dengan kakinya sendiri..

Tidakkah kalian melihat deritanya? Tidakkah kalian mendengar tangisan dan pintanya?
Dia.. Harus melihat anak dan istrinya berjalan ketakutan, keluar dari rumahnya sendiri untuk menghindari keributan.. Dan itu terjadi bahkan sekejap mata setelah dia meninggalkan buah hatinya.

Dalam kesendiriannya, dia ketakutan akan trauma yang kadang datang menghampirinya. Dia mencoba bertahan, sendiri,, tanpa berusaha mengganggu orang lain...

Dia ingin memeluk buah hatinya, melihat setiap detail perkembangan anaknya.. Berada di samping darah dagingnya.. Memeluk bila anak itu menangis.. Dia juga ingin ditemani, namun sekali lagi.. Hidup itu pilihan...

Dalam kebimbangan, ketakutan, kecemasan, dia masih harus berusaha untuk tetap bertahan hidup.. Bagaimanapun caranya. Sekalipun dia harus setengah mati, terseok dipermainkan cuaca.. Sekalipun rasa malas terkadang menghadang... Namun dia mencoba untuk tetap bertahan hidup... Walau diterpa beku dan salju, asalkan orang yang disayanginya tetap hangat,,, dia tetap maju...

Caranya mungkin berbeda.. Tidak seperti layaknya orang pada umumnya..

Sekali lagi harus kukatakan.. Maafkan jika dia memang tidak sesuai dengan harapan..

Tapi aku percaya padanya, aku mencintainya..

Karena apa yang kulihat, mungkin tidak dapat dilihat yang lainnya...