Senin, 25 Januari 2010

A-D


Hari ini gw mau ceritain sebuah kisah tentang salah seorang temen gw. Mohon disimak yaa..

Hari ini dia membiarkanku melihat sebuah tulisan yang ada dalam diarynya, "baca deh", katanya. Aku melihat sekilas buku bergambar pink dengan gambar Hello Kitty di depannya dan tampak ragu2. Aku berusaha mengalihkan perhatiannya dengan mengatakan, "gimana hari ini?". Dia tersenyum, "masa dokter ga bisa nyembuhin dirinya sendiri. Ayo, baca.." katanya setengah memaksa. Aku tersenyum, "ntar aja yah..". Aku berdiri dan berjalan ke jendela. "Jakarta selalu macet", katanya sambil mendesah. Aku menggangguk dan berkata, "tapi justru kalau malem kaya gini warna lampu karena jalan yang macet keliatan bagus kan, de?" kataku sambil terus melihat keluar dari ruang perawatan VIP salah satu RS swasta di Jakarta tempat Ade dirawat. Aku begitu terpana dengan warna lampu, ntah mengapa aku selalu terpana dengan lampu-lampu yang terang benderang. Aku terhanyut tanpa menyadari bahwa Ade terdiam....

Beberapa bulan sebelumnya...

Waktu itu aku sedang berada di Jakarta. Berhubung karena temanku di Jakarta itu terbatas jumlahnya karena tersedot dengan sekolah lagi, ke luar kota, ke luar negri maupun dipingit karena mempunyai anak, maka aku memutuskan untuk menghubungi orang yang aku anggap akan available untuk menemani hari2ku. Dan tentu saja pilihanku jatuh pada Ade. Aku menelfonnya, "De, jalan yuk. Urusanku udah selesai nih. Lagi jaga ga de?", tanyaku. "Oh, kebetulan abis jaga malem nih. Yuk, ketemuan. Kangeeennn...", kata Ade manja. Ade memang orang yang selalu dapat membuat orang yang berada di sekitarnya bahagia. Pembawaannya yang ramah dan ceria bagai magnet yang akan menarik orang untuk dekat dengannya. Satu lagi, dia tidak pernah melupakan temannya. Hm, setelah aku melaju dan tentu saja sempat salah jalan (baiklah, aku akui bahwa aku beberapa kali salah jalan), akhirnya aku sampai di salah satu mall yang sudah kami sepakati.

Sebetulnya pertemuan kami sangatlah unik. Waktu itu aku sedang menjenguk salah seorang temenku di RS tempat Ade bekerja. Namun waktu itu aku menjenguk sudah terlalu malam dan akhirnya aku putuskan untuk menginap disana. Malamnya aku sangat kelaparan dan memutuskan untuk makan di kafetaria RS. Namun naas, makanannya sudah habis. Ade yang kebetulan melihatku langsung mendatangiku dan mengajakku berbagi makan dengannya. Aku kaget, seseorang yang sama sekali tidak kukenal ini datang tanpa diundang. Namun itulah Ade. Seorang yang selalu mengulurkan tangannya untuk orang lain ketika dibutuhkan tanpa kita harus memintanya terlebih dahulu. Ternyata saat itu Ade sedang jaga malam dan kami kemudian berkeliling bangsal dan menghabiskan sisa malam itu dengan 'jaga bersama'. Dan benang ikatan persahabatan itupun mengalir dengan lancar, bagai sebuah keluarga yang sudah lama tidak bertemu namun dipertemukan kembali.

"Coeth, kamu pernah ga ngerasa kalau ada yang salah dari kita?", kata Ade yang memulai percakapan ketika kami sedang mulai menikmati makan siang di mall tempat kami janjian. "Apa de?", tanyaku kebingungan. "Kayanya kita salah ambil jurusan deh.", katanya dengan nada rendah. Aku terdiam, tidak biasanya dia jadi kaya gini, pikirku dalam hati. Aku tertawa kecil dan bilang, "Tau ga? Waktu pengumuman, temenku malah bilang gini... Hah? Kedokteran? Ga salah? Sama aja kali, de. Awalnya malah sempet nangis2 karena tempat kuliah kan jauh banget, udah bandung coret tempatku. Mana panasnya minta ampun. Kamu sih enak masih jakarta2 juga. Tapi yang paling ngenes tuh pas temen bilang gini de.. Ati2 loh jadi perawan tua. Hahaha", aku tertawa. Ade menimpali, "Bener banget. Mana ndeso yah tempat kuliahnya. Jatinangor. Namanya ajah ga ada di peta.". Aku tertawa. Dia melanjutkan berbicara, "Tapi bener juga. Coba ajah kalo dulu ngambil teknik atau arsitek. Mungkin sekarang dah jadi wanita bergelar S2 dari luar negri, menikah, punya anak kecil yang manis dan karir yang baik". "Hahaha, temenku umumnya kaya gitu de. Kadang-kadang iri sih. Apalagi ngeliat mereka yang kayanya bebas banget menggapai semuanya.", kataku. Ade langsung antusias dan bilang, "Iya, bayangin ajah. Kita sama2 lulus kuliah 4 tahun. Abis itu mereka kerja, tapi kita masih bergulat dengan jadwal jaga, pasien, dan nahan ngantuk. Trus udah gitu kita juga masih mikirin mau sekolah lagi. Rasanya ada yang kurang kalau belum ambil spesialis. Tapi itu berarti kita harus kembali dengan rutinitas jaga, laporan, referat dan berbagai tugas. Lama banget istirahat sekolahnya, ya?". Berasa mendapat teman senasip seperjuangan dan mencicipi pahitnya hidup, aku langsung memeluk Ade dan sambil berpura-pura menangis aku berkata, "kasian ya kita". Ade balas memelukku dan berkata, "iya, kasian". Dan itulah kami yang sedang menertawakan nasib yang mempermainkan hidup kami. Kami seperti burung yang sedang belajar berenang tanpa menyadari bahwa kami memiliki sayap yang akan membawa terbang jauh, dan bukan berenang.

Waktu berlalu begitu cepat hingga aku agak sedikit melupakan teman2ku, termasuk Ade. Aku sibuk mengurusi diriku sendiri. Suatu kesalahan yang akan aku sesali apabila aku tidak memperbaikinya. Aku terjatuh dan merasa membutuhkan waktu untuk diriku sendiri. Aku mulai bersikap egois dan mulai bersikap tegas terhadap diriku sendiri dan juga untuk orang lain. Hingga pada akhirnya aku berdiri disini, di RS tempat Ade dirawat sambil memandangi cahaya lampu mobil yang meryapi jalan ibukota negri ini. Ade memintaku untuk menemaninya karena papanya sedang sibuk dengan urusan pernikahannya yang kedua dan mamanya sedang berada di luar kota. Ya, orangtua Ade sudah bercerai. Tiba2 aku sadar bahwa Ade terlalu lama diam. Kulihat Ade, kupegang dan tidak dapat kuraba nadinya. Aku panik. Aku memanggil perawat. Aku langsung melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru) namun aku tiba2 ditarik dengan kuat oleh sebuah tangan. Namun mereka tidak melakukan apapun. Aku berteriak, "Resusitasi!! Kenapa diem aja?". Seorang pria yang memegang tanganku itu melihat dan berkata padaku, "Dia ingin seperti itu.". "Apa maksudnya? Kenapa kalian membiarkannya pergi? Kalian kan temannya?", teriakku berulang2. Pria yang memegang tanganku akhirnya berkata sesuatu yang membuatku terdiam, dia berkata, "Ade memilih DNR (Do Not Resusitate)". Aku terjatuh dan menangis sendiri. Hatiku hancur dan tidak dapat berbuat apa2.

Laki-laki yang memegang tanganku itu ternyata Benny, seorang yang sudah lama mengagumi Ade. Darinya aku tahu bahwa Ade mengidap kanker paru. Dia bilang di saat terakhirnya, dia mau ditemani temennya yang lucu, cerewet, aneh. Kata Benny, ntah kenapa waktu itu tiba2 dia pengen ngasih makanannya ke elo dan langsung klop gt, katanya soulmate, sama gilanya jadi kaya kembaran. Aku tertawa mendengarnya. Dan tiba2 aku teringat diary Ade.

Perlahan kubuka buku pink itu. Terkadang aku tertawa, terkadang aku menangis. Dan inilah beberapa tulisan yang dibuatnya.
"Diary, aku bersyukur bahwa orang tuaku pada akhirnya bercerai. Aku sudah tidak tahan dengan pertengkaran mereka dan siksaan fisik yang dialami oleh mama.......
Diary, aku menyesal dengan hidup ini. Mengapa aku tidak sama dengan teman2ku. Aku benci hidup ini. Ada kalanya aku sangat bersyukur namun kini aku benar2 membenci semuanya. Aku kesepian, bahkan icoeth, teman yang sudah kuanggap saudara sedang berjuang dengan hidupnya sementara aku bertarung sendirian tanpa ada harapan untuk masa depan. Aku benci. Aku juga benci semua orang. Aku juga membencimu tuhan.
Diary, aku tidak tahu kapan aku akan dipanggil dan aku juga tidak tahu apakah aku masih pantas untuk meminta maaf pada tuhan. Tapi Tuhan jahat. Tuhan bahkan tidak memberikan teman untuk menemaniku di saat2 seperti ini."

Teman, gw banyak belajar dari sebuah pertunjukan singkat kehidupan yang dilakonkan oleh seorang anak manusia bernama Ade. Pelajaran untuk memberikan kasih dimanapun kita berada, kapanpun itu. Aku menyesal hingga saat terakhirnya Ade belum berdamai dengan diriNya. Seorang sosok tegar dan selalu dapat menceriakan suasana itu ternyata menangung terlalu banyak beban dan pada akhirnya pergi dengan ratapan, tangisan dan tanpa perhatian. Mau tidak mau aku harus mengakui bahwa aku bukanlah teman yang baik, gagal menjadi seorang saudara. Mungkin aku akan dipersalahkan atas apa yang aku lakukan ini ketika hari penghakiman nanti. Sebelum semua itu terjadi, aku hanya ingin memberitahu kalian semua untuk menjauhi kesalahan seperti yang gw lakukan. Bila anda mulai merasa sibuk dan tidak punya waktu, cobalah diam sejenak dan perhatikan. Adakah yang anda lupakan? Mungkin yang anda llupakan adalah sebuah sms menanyakan kabar, sapaan hangat di YM, jabatan tangan seorang saudara, ucapan terima kasih sebagai seorang anak, atau sebuah doa untuk orang-orang sekitar anda. Janganlah ikuti kesalahan yang sudah gw lakukan sehingga tidak perlu ada Ade2 lain. Happy monday everyone..

P.S: A-D, gw minta maaf..