Senin, 11 Januari 2010

look closer


Hari ini banyak banget kejadian yang menarik buat gw share disini. Tadi siang ntah kenapa gw lagi pengen soto semarang yang paling enak di Bandung. Jadilah gw melaju dengan kakak gw ke salah satu kantin dekat salah satu perguruan tinggi swasta terkenal di kota ini. Pas pulangnya gw liat ada seorang tukang rongsokan yang bawa barang2nya dan tanpa sengaja kawat yang dia dorong ternyata membuat goresan di mobil yang sedang parkir disana. Sedih banget tampang tukang rongsokan ituh. Gw mikir, berapa sih pendapatan dia? Dia pasti seneng bgt dapet rongsokan yg cukup byk hari itu tapi ternyata dia melakukan kesalahan yang bakal ngabisin uang lebih dari apa yang dia dapat hari ini. Pucet banget mukanya. Gw tiba2 kaya ketarik pada suatu keadaan menyedihkan yang sama ampir 2 tau yang lalu di sebuah kota kecil di papua.

Di papua.. Siang itu gw kebetulan lagi ke kota buat beli bahan makanan (persiapan di kampung karena di kampung ga ada yang jual makanan). Di warung makan itu gw liat seorang anak dan bapak yang tidak memakai alas kaki. Nampak sekali 2 orang ini baru datang dari kampung. Buat orang kampung, ke kota kecil itu sudah merupakan surga mereka. Semua yang luar biasa ada disana termasuk makan itu. Mereka masuk malu2. Ketika ditanya mau pesan apa, si bapak tampak malu2 menanyakan harganya. Sang anak tertunduk dan tangannya terlipat. Ternyata si Bapak hanya punya uang yang cukup untuk membeli satu porsi nasi dan ayam. Si Anak antusias karena di kampung memang tidak ada ayam. Ketika makanannya datang sang anak bertanya, "Bapa tra makan kah?" (apa bapak tidak makan?). Si Bapak hanya tersenyum dan menggeleng sambil berkata 'trapapa. makan sudah' (kamu makan saja, bapak tidak apa-apa). Inilah gambaran kemiskinan bangsa ini. Tatkala betapa banyaknya mobil alphard berkeliaran, masih banyak anak-anak yang kurang gizi. Ironis memang.

Sesudah insiden itu gw menjemput ponakan gw dan mengantarkannya ke tempat les bahasa inggris. Di sana tiba2 salah seorang anak datang dan langsung meluk gw. Berhubung karena gw emang suka sama anak kecil, gw bales meluk dia dan biarin dia tidur di pangkuan dia. Sekilas gw tau anak ini agak berbeda dan gw sadar anak ini mengalami keterbelakangan mental. Namun dia tetap anak yang lucu. Dia dengan penuh kasih sayang mengelus wajah gw dan bermain dengan hp dan buku gw. Mamanya berusaha mencegah, tapi gw minta biarin ajah. Gw sadar pada saat itu juga, inilah insting seorang anak. Dicintai. Dicintai sepenuhnya tanpa ada batasan keterbatasan atau keterbelakangan. Gw juga mikir betapa beratnya penderitaan seorang ibu. Pasti bukanlah suatu hal yang mudah menerima anaknya seperti itu dan merupakan proses pembelajaran kesabaran tiada akhir. Namun percayalah, justru pada anak-anak inilah kita belajar tentang hidup yang sesungguhnya. Salah satunya adalah dia begitu jujur, jujur dengan segala perasaannya. Suatu hal yang sudah menjadi hal yang langka di kehidupan penuh kepura-puraan ini.